Fakta Unik Tentang Sabung Ayam di Berbagai Negara Asia Tenggara

Pengantar

“Sabung ayam” atau dalam bahasa Inggris sering disebut cockfighting, secara harfiah adalah pertarungan antara dua ayam jantan yang diadu untuk menentukan pemenang. Di Asia Tenggara, tradisi ini bukan sekadar pertarungan, tetapi terjalin dengan aspek ritual, sosial, ekonomi dan sejarah. Meskipun demikian, sabung ayam juga penuh kontroversi terkait perjudian dan kesejahteraan hewan.

Fakta‑unik berdasarkan negara / wilayah

1. Bali / Indonesia

  • Di Bali, sabung ayam memiliki makna ritual. Sebagai contoh, dalam tradisi Hindu Bali terdapat upacara yang dikenal sebagai tabuh rah (atau “tajen”) di mana ayam jago diadu sebagai bagian dari persembahan atau pembersihan roh.

  • Tercatat bahwa prasasti kuno di Bali dari tahun 933 M dan 944 Caka (Kalender Bali) sudah menyebut kegiatan yang identik dengan sabung ayam.

  • Namun, dari sisi hukum nasional Indonesia: sabung ayam yang disertai perjudian atau taruhan dianggap ilegal.

  • Dengan demikian terjadi dualitas: sebagai elemen budaya/ritual vs sebagai aktivitas yang dapat masuk ranah ilegal jika bertaruh.

Kenapa unik?

Karena di Bali sabung ayam tidak hanya sebagai hiburan, tapi bagian dari ritual keagamaan dan sosial—suatu bentuk yang sangat terikat dengan konteks lokal, bukan sekadar “pertarungan ayam”.

2. Thailand

  • Di Thailand, sabung ayam adalah salah satu dari sedikit bentuk perjudian yang legal (dengan lisensi) dan dipandang sebagai bagian dari budaya tradisional.

  • Di arena semacam “stadium” sabung ayam, ayam jago mendapatkan perlakuan mirip atlet: pelatih, tim, latihan, dan pemilik serius. “Ayam‑ini layaknya petinju profesional” menurut salah satu pelatih di Thailand.

  • Ada regulasi yang cukup ketat: misalnya jumlah ronde dibatasi, larangan menggunakan duri logam yang tajam, dan kondisi bahwa ayam tidak boleh dipaksa hingga mati secara otomatis jika menyerah.

  • Meski legal, masih ada kontroversi terkait unsur perjudian dan risiko sosial.

Kenapa unik?

Karena sabung ayam di Thailand dilegalisasi dalam kerangka hiburan dan budaya, dengan struktur yang hampir “berorganisasi” dan profesional—bukan hanya aktivitas tradisional kecil‑kecilan di desa.

3. Filipina

  • Di Filipina, sabung ayam disebut sabong. Ini sangat populer dan telah menjadi industri yang cukup besar, termasuk platform daring (online) yang memungkinkan taruhan lewat siaran langsung.

  • Terdapat regulasi: misalnya hanya di hari‑hari tertentu dan di arena yang memiliki lisensi.

  • Namun, praktik online sabong membuka risiko sosial dan legal baru (taruhan daring, penyebaran cepat).

Kenapa unik?

Karena perubahan teknologinya: sabung ayam di Filipina tidak hanya tradisional tetapi juga berubah ke ranah daring (digital), yang memperluas jangkauan dan kompleksitasnya.

4. Kamboja – khususnya wilayah Thomo

  • Thomo, sebuah wilayah di perbatasan antara Kamboja dan Vietnam, dikenal sebagai “hub” sabung ayam profesional di kawasan, di mana arena‑arena memiliki struktur yang lebih komersial dan legal.

  • Karena di Vietnam sabung ayam lebih dibatasi/ilegal, banyak penggemar dan petaruh dari Vietnam datang ke Thomo karena regulasi di Kamboja lebih longgar.

Kenapa unik?

Karena menjadi contoh bagaimana perbatasan negara menciptakan “zona” khusus di mana tradisi yang mungkin terbatas di satu negara dibebaskan di negara tetangga, menciptakan semacam ekosistem lintas‑negara.

Baca Juga : http://tropicalsoulproductions.com

Kesimpulan & Catatan

  • Tradisi sabung ayam di Asia Tenggara sangat beragam: dari ritual keagamaan (Bali), hiburan profesional berlisensi (Thailand), industri daring besar (Filipina), hingga zona lintas negara (Kamboja/Thomo).

  • Meskipun begitu, kontroversi besar menyertai: perjudian, kesejahteraan hewan, legalitas yang tidak konsisten antar daerah.

  • Untuk memahami fenomena ini dengan adil, kita harus melihatnya sebagai gabungan antara budaya/tradisi dan tantangan modern seperti hukum dan etika.